Berbisnis tanpa uang tunai bisa diawali dengan berupa bagi hasil, yaitu mereka membiayai 100% modal dan Anda 100%  tenaga. Anda yang bekerja, memproduksi, dan kemudian menjual. Hasil penjualan dibagi menurut perjanjian, biasanya angka pembagian 50:50 adalah pembagian yang sering digunakan.

Dikisahkan, ada seorang sastrawan dan pelukis. Dia memiliki sumber kesenian yang tak habis-habisnya, Mas Danarto namanya. Salah satu karyanya, yaitu buku berjudul "Orang Jawa Naik Haji" telah dicetak berulang kali karena lucu dan mengena secara esensi. Dalam karya lukisannya, Mas Danarto memilih aliran simbolik sehingga kita sendiri yang menerjemahkan arti dari lukisan tersebut dan setiap orang dibebaskan mengartikan lukisannya. "Hikmah itu sangat individualis," katanya suatu kali. Dia bercerita kepada saya akan hikmah dan makna dari calon lukisannya, "Begini, sebuah lukisan berukuran 21 meter itu dapat bernilai tak terhingga tergantung dari siapa yang melukis. Walaupun sebuah karya lukisan itu baik, tetapi secara komersial belum tentu laku jika pelukisnya tidak terkenal. Untuk terkenal di dunia seni yang dituntut adalah konsistensi. Jadi, seorang seniman itu kontrak mati statusnya seumur hidup sehingga begitu sang seniman meninggal, karyanya mulai dicari orang karena sejarah yang diciptakan selama hidupnya,’ urainya panjang lebar.

Kemudian Mas Danarto menawarkan sebuah kerja sama kepada sahabatnya, Mardigo WP, "Aku ini sudah sepuh, umurku sudah 62 tahun, dan berapa lagi sisa umurku mudah diprediksi, aku ingin berkarya habis-habisan, Beri aku 50 kanvas, cat air, dan cat minyak. Lalu, aku akan membuat masterpiece untuk kehidupan. Dan, kamu sudah membangun merek dagang nama saya, DANARTO sebagai sebuah nama yang karismatik di dunia kebudayaan lebih dari 10 tahun. Kamu dan aku tinggal panen," katanya. Mas Danarto meminta anggaran kira-kira 100 juta rupiah untuk semua kebutuhan melukisnya. "Nanti kalau ada lukisan yang terjual, setelah dipotong ongkos kita bagi 50:50," katanya menjelaskan.

Bapak Mardigo WP tertarik dengan tawarannya, sebuah penawaran yang menguntungkan untuk investasi pada lukisan. Baginya, ini adalah peluang yang sangat baik, hanya dengan bermodal 100 jutaan dalam 10 tahun nilainya bisa menjadi 1.000%. Sedangkan bagi Mas Danarto, ini  pun sebuah peluang mendapatkan uang dengan bermodalkan keahliannya.


Demikianlah kisah Bapak Mardigo WP, yang ditulis dalam bukunya “Kebelet Kaya”. Penulis menjelaskan bahwa berbisnis tanpa uang tunai bisa diawali dengan berupa bagi hasil, yaitu mereka membiayai 100% modal dan Anda 100%  tenaga. Anda yang bekerja, memproduksi, dan kemudian menjual. Hasil penjualan dibagi menurut perjanjian, biasanya angka pembagian 50:50 adalah pembagian yang sering digunakan.

Bagi hasil biasanya lebih menarik jika hubungan kita dengan relasi adalah persahabatan yang sudah terjalin lama. Jika masih baru, sebaiknya untuk bagi hasil dan sistem putus kontrak di setiap transaksi. Perlu diingat untuk menuliskan setiap kewajiban dan tanggung jawab masing-masing dalam sebuah perjanjian yang disepakati. Jangan karena merasa sudah kenal cukup lama dan saling percaya, tidak ada kesepakatan tertulis. Buatlah sebuah perjanjian yang jelas dengan rekan bisnis. Hal ini dapat menghindarkan kita dari kesalahan atau pun kerugian yang mungkin saja terjadi. Kita tidak ingin tentunya jika usaha mengalami masalah karena hal sepele? Terlebih lagi jika hubungan kita memburuk dengan relasi hanya karena masalah bisnis. Hal ini bukan untuk menakut-nakuti masing-masing pihak atau suatu tanda ketidakpercayaan, tetapi ini hanya sebagai pengingat tanggung jawab dan kewajiban kedua belah pihak.

Dalam membuat sebuah perjanjian, pergunakan bahasa yang mudah dimengerti. Jika ada sebuah istilah, pemahamannya harus dirincikan dan diuraikan sehingga dapat dipahami isi perjanjian tersebut. Menggunakan bahasa hukum terkadang bisa memiliki arti ganda, hindarilah hal tersebut. Gunakan materi sebagai kekuatan hukum dan jangan lupa hadirkan saksi dari masing-masing pihak untuk memperkuat perjanjian itu. Banyak contoh bisnis yang hancur karena permasalahan sepele, padahal sudah menanamkan modal cukup besar dalam bisnisnya. Hanya karena emosi, mereka lebih memilih menyudahi bisnisnya. Sungguh sangat disayangkan. Kita bisa belajar dari mereka.

Selamat berusaha!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *