Mendapatkan tempat kerja dan pekerjaan yang tepat memang idaman semua orang `kan. Kita lihat ada orang yang dengan mudahnya lulus tes wawancara, begitu gampangnya loncat ke satu perusahaan ke perusahaan lain. Bahkan, setiap kali diwawancara, langsung memukau pewawancaranya sampai-sampai bisa ditawari kerja oleh beberapa perusahaan sekaligus.
Sementara itu, ada juga yang begitu serius menghadapi wawancara seleksi karena berulang kali gagal, tidak pede menghadapi wawancara, dan kalah bersaing dengan kandidat lain. Tentu kita bertanya-tanya, apa sih rahasianya agar bisa lulus tes wawancara dan mengalahkan puluhan, bahkan ratusan kandidat lain? Kita tahu kesempatan wawancara tidak datang setiap hari. Untuk itu, kita perlu betul-betul mempersiapkan diri sehingga saat kesempatannya sudah di tangan, kita bisa melalui prosesnya dengan mulus, bisa memukau pewawancara, dan mendapatkan pekerjaan impian kita.
Ada seorang dosen, bercerita tentang seorang mahasiswa yang kerap membantunya dalam berbagai projek. Dia mengatakan mahasiswanya tersebut adalah tangan kanannya dalam bekerja. la bisa menyelesaikan tugas yang diberikan dengan kualitas sangat baik, IPK-nya tergolong di atas rata-rata, kerjanya cekatan, teliti, jago analisis, dan kerja timnya juga oke. Tapi, setiap kali menghadapi wawancara, ia selalu gagal.
Saat ini, ia makin merasa tidak pede karena masih “stuck” menjadi pekerja part-timer dalam berbagai projek di kampus dan belum berhasil mendapatkan pekerjaan yang ia idamkan. Sementara, beberapa mahasiswanya yang lain, yang dalam projek tidak terlalu cemerlang, bahkan hasil kerjanya amburadul, bisa lulus tes wawancara di perusahaan ternama dengan lebih mudah.
Cerita ini tidak aneh, sama sekali bukan hal yang luar biasa. Saya melihat dan membuktikan sendiri bahwa orang yang mendapatkan pekerjaan terbaik dan gaji tertinggi, bukanlah mereka yang IPK-nya paling tinggi, tes IQ-nya paling spektakuler, jam terbang paling banyak, atau kemampuan teknisnya paling jago, tapi mereka yang paling siap menjual “kekuatan dirinya” dan paling piawai meyakinkan para interviewer.
Banyak kandidat potensial, seperti halnya teman mahasiswa yang diceritakan di atas, dalam proses seleksi dan wawancara memang tidak menonjol, tidak memperlihatkan potensi dirinya dan tidak terampil untuk memikat hati pewawancara. Kita yang memiliki potensi dan kompetensi harus gigit jari, perusahaan pun rugi karena tidak menyadari aset potensial yang semestinya bisa memperkuat tim dan perusahaan. Harus kita sadari bahwa gagal atau berhasil dalam proses wawancara, sepenuhnya di tangan kita.
Ya, kita memang harus mengakui bahwa tes wawancara itu memang banyak “seni”-nya. Bukan cuma sekadar menjawab pertanyaan, tapi bagaimana kita bersikap, berbicara, mendengar, berpakaian, bersopan santun, dan beretiket baik. Itu semua bisa memberi poin tambah, atau sebaliknya, menjatuhkan nilai kita di mata pewawancara. Jadi, mengetahui kiat-kiat sukses wawancara sangatlah penting. Bayangkan saja, di dunia kerja yang semakin kompetitif begini, satu posisi bisa diperebutkan oleh puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang! Untuk itu, kita memang perlu mempelajari “seni”-nya wawancara.
Buku “77 Jurus Jitu Lolos Tes Wawancara Kerja” ini akan membeberkan kepada Anda tentang seni wawancara yang penting Anda ketahui. Buku ini sangat tepat Anda jadikan senjata ampuh untuk menghadapi tantangan tes wawancara kerja di mana pun Anda melamar.
Di dalam buku yang ditulis oleh Sylvina Savitri ini dibahas mulai dari mengoptimalkan diri sendiri, yaitu berupa persiapan yang harus dilakukan, teknik memikat hati pewawancara, teknik efektif “menjual diri”, kiat menjawab pertanyaan umum, hingga kiat menjawab pertanyaan-pertanyaan sensitif.
Mempersiapkan diri untuk wawancara itu WAJIB hukumnya. Seperti kata pepatah, “To be prepared is half the victory”. Hanya dengan persiapan yang matang, kita bisa “memenangkan” wawancara. Belum tentu peluang emas wawancara datang dua kali, `kan?
Semoga sukses…!
