Mengelola Kegagalan dalam Menjemput Kesuksesan Berikutnya

mengelola-kegagalan-moneychangerKegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Dalam dunia usaha, justru bisa menjadi pengalaman berharga yang menjadi pintu menuju kesuksesan besar. Kegagalan bukanlah berhentinya seseorang mendapatkan hasil yang diinginkan, tapi merupakan kesuksesan yang tertunda. Hal ini pernah dialami oleh Mardigu WP sebagaimana berikut.

Terkena Tipu dalam Bisnis Money Changer

Pada tahun 1999, saya mencoba peruntungan di bisnis money changer karena saya melihat besarnya peluang pada saat itu. Nilai tukar dolar yang terus membumbung menjadi alasan utama dan saya pun mulai membuat rencana.  Kemudian, saya mencari beberapa dealer andal yang memiliki klien besar. Jenis transaksi yang dipilih biasanya tunai karena kami memiliki armada kurir yang tepercaya untuk transaksi. Setelah memiliki tim yang solid, saya menjual konsep tersebut kepada sahabat lama yang kebetulan seorang manajer sebuah perusahaan nasional yang sedang berkembang. Mereka memiliki dana segar yang cukup besar tiap bulannya karena mengekspor produk ke Singapura sehingga memerlukan pertukaran rekening dolar Singapura setiap bulan.

Akhirnya, sahabat saya setuju untuk bekerja sama dengan pembagian profit sebesar 60 : 40. Kami selaku pengelola money changer memperoleh 60%. Mereka menerima logika presentasi kami sehingga dengan segera bisnis money changer ini berjalan sesuai dengan rencana. Tanpa iklan di koran, hanya dari mulut ke mulut, usaha kami tumbuh dengan pesat.

Kami berusaha menjalankan usaha dengan strategi yang tepat dengan memberikan harga yang sangat kompetitif dan mengantar uangnya sesuai keinginan pelanggan. Bahkan, banyak sesama pengusaha money changer mengambil dolar atau pun rupiah dari kami. Semua berjalan dengan sempurna hingga akhirnya terjadi sebuah musibah.

Money changer kami mengalami penipuan. Kami harus kehilangan uang sebesar USD 100.000. Rupanya salah satu karyawan kami kena tipu ketika akan mengantarkan uang tersebut. Saya benar-benar panik karena uang itu milik pihak lain yang harus dipertanggungjawabkan. Tapi apa daya, tidak mungkin saya minta ganti kepada karyawan yang telah menghilangkannya walaupun secara hukum mereka bisa dituntut. Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap money changer, mau tidak mau saya harus menggantinya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menutup usaha money changer-nya.

Kemudian, saya menceritakan kepada mitra tentang masalah yang kami hadapi dan meminta kebijaksanaannya tentang tempo waktu untuk mengembalikan pinjamannya. Untunglah mereka mau mengerti dan saya diberi waktu dua tahun untuk mengembalikan dana tersebut.

Apa yang saya lakukan kemudian? Saya bekerja pada sebuah investment banking, Rifan Financindo sebagai seorang profesional. Investment banking itu salah satu yang terbaik di Jakarta dengan perputaran dana Rp100 miliar per hari. Kebetulan sekali pemiliknya adalah mantan manajer saya di Megasino Investama, perusahaan yang dulu kami rintis bersama. Dia termasuk seorang anak muda yang patut diacungi jempol karena kemampuannya melihat peluang dan kepandaiannya untuk melobi orang.

Departemen yang saya pegang saat itu memang sesuai dengan keahlian saya. Walaupun bekerja di sana, saya tidak digaji, tetapi sistemnya bagi hasil. Jadi, performa yang menentukan pendapatan saya. Demi memenuhi kewajiban, saya bekerja siang-malam sampai saya jatuh sakit dan diharuskan opname selama 2 minggu dan tidak bekerja selama 2 bulan. Namun, semua itu tidak sia-sia karena tepat 2 tahun kewajiban saya terbayar untuk melunasi utang pada usaha money changer.

Setelah semua selesai, saya tidak memperpanjang kontrak dengan Rifan Finansindo. Saya merasa kehilangan waktu untuk keluarga, terutama sebagai sosok ayah bagi anak. Saya merasakan jarangnya waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Setelah memutuskan untuk mengundurkan diri, saya berusaha menebus kesalahan dengan meluangkan waktu bersama keluarga terutama anak tercinta. Saya memutuskan untuk berwirausaha saja daripada menjadi pegawai yang mempunyai keterbatasan waktu.

Dalam kehidupan, kata “gagal” adalah sesuatu yang tidak enak didengar atau dirasakan. Dalam menjalani kehidupan, kita sering berusaha untuk menghindari kegagalan. Banyak orang tidak memahami arti kegagalan dan banyak juga yang berpendapat bahwa mereka yang gagal adalah seorang pecundang.

Menurut saya, kegagalan tidak akan membuat seseorang menjadi seorang pecundang. Pecundang adalah mereka yang berhenti berusaha ketika gagal. Namun, ketika mereka terus berusaha walaupun kegagalan datang, mereka itu adalah pemberani yang harus disegani. Mereka menyadari bahwa proses pembelajaran baru saja dimulai. Banyak orang memilih untuk tidak menjadi apa-apa atau tidak melakukan apa-apa. Semua itu dilakukan demi menghindari sebuah kegagalan.

Akan tetapi, jika kita mau menjadi seseorang atau melakukan sesuatu, bersiaplah untuk gagal. Namun, jangan pernah berhenti berusaha. Jika ternyata pilihan kita menjumpai kegagalan, jangan murung dan menghabiskan waktu untuk memikirkan mengapa kita gagal. Yang harus kita lakukan adalah membuat suatu inovasi lainnya. Pasti sebuah hasil lain tercipta dan sukses di tangan kita. Pastinya kita sudah belajar banyak dari kegagalan pertama saya.

Saat ini, tidak ada kata gagal dalam kamus saya karena hikmah, kebijaksanaan, ilmu didatangkan melalui masalah dan untuk menyelesaikan masalah selalu ada banyak cara. Gunakan banyak cara untuk menyelesaikannya. Trial dan error memang dibutuhkan dalam sebuah proses. Fungsi utama dari error adalah pembelajarannya. Semakin sering gagal, kita akan semakin jeli dan pintar dalam melihat sebuah peluang.

Demikian penuturan Mardigu WP  dalam bukunya, “Kebelet Kaya”  (hal. 52-55). Di dalam buku terbitan Tangga Pustaka ini, ia banyak menuangkan banyak pahit-manis pengalamannya dalam dunia bisnis. Selain itu, ia juga berbagi strategi dalam pengelolaan sebuah usaha agar mencapai kesuksesan sesuai yang diinginkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *